HUT Ke-1 Himpenindo dan Pelantikan Pengurus Himpenindo Cabang Kementerian Kehutanan

FORDA (Bogor, 17/10/2014)_Mungkin masih sedikit yang tahu bahwa hari Jumat (17 Oktober 2014) yang lalu adalah hari ulang tahun Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) yang pertama. Berdasarkan Anggaran Dasar, Himpenindo adalah organisasi profesi berbadan hukum dalam bidang penelitian dan pengembangan (litbang) ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Himpunan profesi ilmiah tersebut menjadi forum komunikasi para peneliti dalam upaya terciptanya profesionalisme dan peran serta peneliti dalam pembangunan nasional. Selain itu, Himpenindo diharapkan dapat mewadahi seluruh aspirasi dan kepentingan peneliti yang secara terus menerus mampu menghasilkan invensi, inovasi, paten, serta hak kekayaan intelektual lainnya.

Saat ini, terdapat sekitar 1.300 peneliti dari berbagai bidang ilmu di LIPI dan sekitar 7.997 peneliti di lembaga-lembaga litbang yang jabatan fungsionalnya dibina LIPI. Sekitar 5 persen peneliti tersebut berasal dari Kementerian Kehutanan (Badan Litbang Kehutanan). Jumlah yang cukup besar ini belum termasuk para peneliti di perguruan tinggi (akademisi) yang jumlahnya mencapai 30.000 orang, peneliti dari daerah, serta peneliti swasta dan lembaga internasional di seluruh Indonesia.

Ulang tahun dan Rapimnas pertama Himpenindo dibuka oleh ketua umum Himpenindo, Prof. Dr. Bambang Subiyanto dan Plt. Kepala LIPI, Dr. Akhmadi Abbas, serta dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. Pada acara tersebut dipaparkan keynote speech oleh Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi, Prof. Dr. L. Broto Sugeng Kardono, Apt dan oleh Dewan Penasehat Himpenindo, Prof. Dr. Lukman Hakim.

Rapimnas Himpenindo juga disemarakkan dengan diskusi terkait empat agenda penting, yaitu: 1) bagaimana meningkatkan daya saing peneliti dan penelitian Indonesia di kancah dunia, 2) wacana penggabungan Kemenristek dengan Ditjen. Pendidikan Tinggi, serta peleburan lembaga-lembaga litbang kementerian dalam satu institusi, 3) bagaimana menghebatkan Himpenindo, dan 4) lain-lain.

Beberapa masukan dan tindak lanjut hasil Rapimnas yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Kusumo Diwyanto, MS (Kementan) dan Ir. Syahrir Ika, MM (Kemenkeu) ini dapat dilihat di web Himpenindo http://www.situs.opi.lipi.go.id/himpenindo atau http://www.himpenindo.lipi.go.id.

Pada acara tersebut juga diadakan pelantikan pengurus Himpenido Cabang Kementerian Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Himpenindo No. 04/SK/Himpenindo/2014. Ketua umum Himpenindo cabang Kemenhut, Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc., atas nama pengurus, menerima mandat dari ketua umum Himpenindo, Prof. Dr. Bambang Subiyanto.

Selanjutnya, Himpenindo cabang Kemenhut ini diharapkan dapat melaksanakan kegiatan internal, antara lain: mendorong profesionalisme, kesejahteraan, pelaksanaan etika peneliti, serta sinergitas penelitian; dan membangun kerjasama eksternal bersama pemerintah, swasta, dan masyarakat dengan mengedepankan pemanfaatan iptek dan kebijakan pembangunan berbasis riset. Peran pemerintah juga diperlukan dalam menyediakan biaya penelitian dan mendorong penghargaan terhadap peneliti.**(KLG/PS/RE)

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Kebun Benih “Writing Festival”

Senin pagi, Samboja, 20/10/2014,  Rombongan peneliti Balitek KSDA melakukan hunting tulisan mengenai kebun benih Balitek KSDA. “Semangat ke kebun benih, semangat menulis!” seru Dr. Wawan Gunawan penggagas kegiatan sekaligus penanggung jawab kebun benih menyemangati rekan-rekannya dengan antusias. Kegiatan yang diberi tema “Kebun Benih Writing Festival” ini bertujuan mengeksplorasi potensi areal kebun benih dan melatih  sisi kreatif peneliti dalam bentuk tulisan populer ilmiah untuk dimuat di Majalah Swara Samboja. Kegiatan ini diadakan di areal Kebun Benih Balitek KSDA yang terletak di dalam kawasan KHDTK Samboja Km 1 s.d. Km 7 Jl. Semoi dengan didampingi oleh Deni Adiputra dari Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian sebagai fotografer.

Lokasi pertama yang menjadi target Writing Festival adalah Tegakan Benih Terseleksi (TBS) Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang terletak di Km 1 dengan luas 30 Ha. “Silakan kepada peneliti yang mendapat tugas untuk tema tulisan pertama ini untuk menanyakan kepada pengelola sumber benih! ujar Wawan. “Bagaimana proses sertifikasi kebun benih Ulin ini?,” tanya Bina Swasta Sitepu. Nanang Riana S.Hut. selaku pelaksana teknis pengelolaan kebun benih menjelaskan dengan detail bagaimana proses sertifikasi tersebut dibantu dengan Tri Atmoko S.Hut., M.Si.

layout foto untuk berita 2 MBSelanjutnya peserta melanjutkan perjalanan ke area kebun benih jenis Damar (Agathis borneensis) dengan luas 5 ha. “Tanaman Agathis boornensis ini diambil dari Gunung Lumut sebanyak 600 bibit, PT ITCI sebanyak 600 bibit, dan dari Malinau sebanyak 800 bibit,” ungkap Tri Atmoko. Sehamparan dengan areal ini adalah  jenis Lai (Durio kutejensis) dengan luas 2,5 Ha dan Gaharu (Aquilaria microcarpa) dengan luas 5 Ha. Peneliti yang bertanggung jawab dalam penulisan di areal ini adalah Septina Asih Widuri, Syamsu Eka Rinaldi dan Antun Puspanti.

“Benih Lai (Durio kutejensis)  seluruhnya berasal dari Kalimantan Timur sebanyak 500 bibit, dengan jarak tanam 5 m x 10 m,” jelas Nanang Riana. Tri Atmoko juga menjelaskan asal benih Gaharu (Aquilaria microcarpa) berasal dari Palembang sebanyak 600 bibit, Jambi sebanyak 600 bibit, Riau sebanyak 400 bibit dan Kalimantan Timur sebanyak 400 bibit.

Kebun benih Keruing (Dipterocarpus humeratus) menjadi lokasi berikutnya yang dikunjungi oleh peserta. Menjadi tema yang akan ditulis oleh Tri Sayektiningsih dan Mukhlisi,  Wawan Gunawan menjelaskan bahwa sumber benih tegakan alam ini memiliki luas 20 Ha dan telah mendapatkan sertifikasi BPTH Kalimantan Timur tahun 2013 sebagai Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT).

Sebagai lokasi terakhir dalam field trip ini, peserta diajak ke Km 7 yang menjadi areal kebun benih jenis Kapur (Dryobalanops lanceolata) yang akan ditulis oleh Noorcahyati dan Ike Mediawati, serta Meranti (Shorea leprosula) yang akan ditulis olah Burhanuddin Adman. “Kedua jenis tanaman ini juga telah mendapatkan sertifikasi Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT) oleh BPTH Kalimantan pada tahun 2013” jelas Nanang Riana.

Tak terasa matahari sudah mulai terik dan perjalanan yang diselingi dengan diskusi ini telah menguras tenaga para peserta. Sembari rehat di bawah pohon Lai yang sedang berbunga, peserta yang membawa kamera tak henti-hentinya menekan tombol shooter saat mendapati moment berharga. Mengabadikan bunga tengkawang (Shorea macrophylla) menjadi jamuan akhir peserta sebelum menikmati makan siang dan meninggalkan lokasi ini. Diharapkan acara ini menjadi pendorong bagi peneliti untuk hunting materi dengan cara santai namun tetap berkualitas dan nantinya dapat disajikan di Majalah Swara Samboja. Chayooo!! Tetap semangat menulis! *ADS**

Share Button