SOP (Standard Operating Procedure) Penyelamatan Orangutan Segera Diluncurkan

Akan segera diluncurkan buku penting yakni “SOP (Standard Operating Procedure) Penyelamatan Orangutan”. Demikian salah satu hasil diskusi tentang Orangutan di Ruang Rapat Balai Penelitian Teknologi (Balitek KSDA) yang dihadiri oleh para peneliti, teknisi dan Direktur Environmental Leadership & Training Initiative (ELTI), Dr. David Neidl, Rabu (03/07).

Pada acara yang dimoderatori Kepala Balitek KSDA, Dr. Nur Sumedi ini, pengajar dan Kepala Laboratorium Biodiversitas dari Universitas Mulawarman, Dr. Yaya Rayadin mempresentasikan hasil pengalaman dan penelitiannya berjudul “The Bornean orangutan in multi-functional landscapes: Implications for management and conservation”.

Orangutan adalah satu-satunya satwa liar yang dilindungi yang masuk dalam bahasan COP 13 di Bali yang mencerminkan penting dan besarnya perhatian dunia. Saat ini, populasi Orangutan (Pongo pygmaeus morio) ditemukan di berbagai lansekap dari hutan primer, hutan sekunder, Karst, areal pertambangan, pemukiman hingga perkebunan kelapa sawit. Berbagai lansekap ini berimplikasi perbedaan penanganan terhadap Orangutan karena memiliki kekhasan dan perilaku yang biasanya berbeda-beda.

Perburuan masih menjadi ancaman utama selain hilangnya habitat karena deforestasi dan alih fungsi hutan. “Satu orang pemburu bisa memasang 200 jerat,” ungkap Dr. Yaya. “Meskipun sebenarnya yang menjadi target buruan adalah kijang ataupun babi hutan, tapi Orangutan sering jadi korbannya,” tambah Yaya.

Dijelaskan bahwa dalam kaitannya dengan strategi konservasi, penelitian dan tindakan manajemen yang penting adalah: (1) Studi populasi Orangutan dan ekologi perilaku, (2). Membangun koridor satwa liar, (3). Best management practice, (4) Management plan untuk konservasinya, (5) Pembentukan Tim Penyelamatan (satgas), (6). Monitoring dan Evaluasi.

Dr. Yaya yang sudah cukup lama bekerja bersama peneliti Balitek KSDA berharap ada kolaborasi yang saling memberi manfaat dan saling percaya secara institusional dengan Litbang konservasi yang ada di Samboja ini.

Secara eksplisit, Dr. Nur Sumedi menyambut baik dan mendorong terjalinnya kerjasama yang lebih erat dengan para mitra dengan kesadaran penuh bahwa persoalan konservasi tidak bisa hanya diselesaikan oleh Kementerian Kehutanan. Salah satu kesepakatan awal hasil diskusi adalah dalam waktu dekat diharapkan sudah bisa dimunculkan buku tentang Standard Operating Procedure (SOP) Evakuasi Orangutan yang telah lama digeluti oleh Dr. yaya beserta tim termasuk peneliti Balitek KSDA. Buku itu tinggal menunggu untuk dicetak, mengingat draftnya sudah selesai direview.***

Share Button