Pembelajaran dari Panama untuk KHDTK Samboja
”Hutan Penelitian Samboja bisa jauh lebih maju dan menarik dari Hutan Pengamatan yang ada di Panama”, demikian penegasan Dr. Nur Sumedi, yang memoderatori presentasi Direktur Program untuk Asia Environmental Leadership & Training Initiative, Yale School of Forestry & Environmental Studies, Dr. David Neidl. Presentasi dengan judul “Reforestation of Dry Tropical Forest in Panama (option for Samboja ?)”, yang dilaksanakan di Ruang Rapat Balitek KSDA, dihadiri peneliti, teknisi dan dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, pada hari Rabu (03/07).
Dalam kesempatan itu Neidl menyampaikan hasil kunjungannya ke Achotines Forest Reserve di Panama Amerika Selatan, sebagai bahan pembelajaran dan perbandingan pemanfaatan areal hutan untuk pelatihan dan penelirtian. Dalam areal hutan yang luasnya sekitar 120 hektar itu dibuat “interpretative trail” sepanjang 1,8 Km.
Disepanjang trek dibuat pemberhentian-pemberhentian sebagai tempat diskusi dan pembelajaran sesuai dengan topik lokasi. Pohon atau kelompok pohon diberi tagging, dan ditandai dengan cat untuk memperlihatkan kelas ataupun pengelompokan tertentu. Terdapat juga plot seluas sekitar 1000 M2 dengan didalamnya terdapat sub plot seluas masing-masing 5×5 m2 untuk belajar pengukuran pohon baik diameter, tinggi, karbonnya, biodiversitasnya dan lain-lain. Berbagai topik yang dijadikan diskusi di pemberhentian diantaranya adalah tentang tanah, landscape history & ecological dynamic, forest gap, forest stratifications, dan lain-lain.
Hutan yang menjadi area pengamatan dan pelatihan sebenarnya adalah sisa-sisa hutan di Panama yang mewakili Hutan Kering Neotropic dengan kondisi terancam oleh kegiatan pertanian dan peternakan sapi. Bila dibandingkan dengan KHDTK Samboja, sesungguhnya Samboja masih memilki lebih banyak keunggulan, baik akses, potensi, maupun ragam tema yang bisa dikembangkan.
Letak KHDTK Samboja sangat strategis, hanya sekitar 40 km dari kota Balikpapan Kalimantan Timur, dibelah oleh jalan besar menuju Kabupaten Paser Penajam. Disanalah letak Miniatur Hutan Tropis Dataran Rendah Pulau Borneo.
Ketika kebakaran besar di hutan Kalimantan tahun 1997/1998 sebagian besar tegakan hutan tropis dataran rendah yang ada hilang, namun demikian areal hutan di sekitar Rintis Wartono Kadri adalah areal hutan yang masih alami tersisa. Petak hutan tersebut adalah satu-satunya areal di KHDTK Samboja yang tidak pernah mengalami kebakaran pada tahun 1997/1998, sehingga kondisinya masih mencirikan kondisi hutan jauh lebih hujan tropis dataran rendah. Sebagai hutan penelitian kegiatan penelitian sudah banyak di lakukan di KHDTK Samboja, terutama penelitian yang terkait dengan bidang silvikultur dan beberapa kegiatan penelitian keanekaragaman hayati.
Di KHDTK Samboja terdapat plot-plot penting seperti Konservasi Ulin Sidiyasa, Plot Tanaman Obat, Plot tanaman Agathis, Lay, Gaharu dan tentu saja adalah trek Wartono Kadri sepanjang 1,9 Km yang juga telah dilengkapi dengan shelter-shelter. Namun demikian memang masih perlu banyak sentuhan dan penataan-penataan disamping perlu lebih mengintensifkan “link” dengan para pengguna. Dalam kesempatan itu Neidl, memberikan komitmennya untuk ikut memberikan dukungan yang kuat dalam upaya penataan dan optimalisasi pemanfaatannya. (edt.hh***)
Sumber : klik di sini