Persepsi tentang Rafflesia

Spesies rafflesia atau bunga padma raksasa merupakan salah satu kekayaan keragaman hayati yang dijumpai di hutan tropis Indonesia.  Meskipun sudah relatif banyak dikenal oleh publik, faktanya masih banyak yang masih banyak fakta keliru tentang raflesia.

1. Rafflesia sama dengan bunga bangkai suweg raksasa

Rafflesia atau padma raksasa merupakan bunga yang dapat mengeluarkan bau busuk. Namun, umumnya masyarakat umum tertukar dan menyamakan antara rafflesia dengan bunga bangkai suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Meskipun sama-sama berbau bangkai, jenis rafflesia (rafflesia spp) dan suweg merupakan dua jenis yang sama sekali berbeda.

Jika rafflesia bentuk bunganya melebar, maka suweg raksasa memiliki bunga yang tinggi memanjang. Jika rafflesia merupakan tumbuhan endoparasit, maka suweg adalah tumbuhan seutuhnya yang berkembang dari umbi.

2.  Rafflesia merupakan tumbuhan pemakan bangkai

Masih terdapat persepsi bahwa rafflesia adalah tumbuhan predator, atau tumbuhan yang hidup dari memangsa serangga.  Pemikiran ini disalahartikan dengan pencampuradukan fakta antara rafflesia dan tumbuhan kantong semar (pitcher plant, nepenthes spp.).

Jika bau yang dikeluarkan oleh kantong semar adalah untuk memikat serangga agar terperangkap ke dalamnya, maka bau yang dikeluarkan oleh bunga rafflesia adalah untuk menarik lalat untuk melakukan penyerbukan antara benang sari dan putik.  Menurut para ahli persentase pembuahan rafflesia sangat kecil, karena bunga jantan dan betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam waktu yang sama.

Bunga rafflesia sendiri hanya berumur satu minggu (5-7 hari) setelah itu layu dan mati, sehingga tidak mungkin keberadaan bunga rafflesia adalah untuk memangsa serangga.

3.   Rafflesia tumbuh dan berakar di atas tanah

Raflesia tidak tumbuh dan berakar di atas tanah, karena rafflesia merupakan jenis tumbuhan parasit yang menempel pada inangnya yaitu sejenis tumbuhan merambat (liana) tetrastigma (tetrastigma spp).

Rafflesia tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesa, juga tidak memiliki akar dan tangkai batang.  Ketika inangnya mati, maka raflesia juga turut mati. Rafflesia menyerap unsur organik dan anorganik melalui haustorium atau sejenis akar dari jaringan inangnya.

4. Rafflesia hanya ada satu macam jenis

Jenis rafflesia yang paling terkenal di dunia adalah R. arnoldii asal Bengkulu yang sering menghiasi berbagai macam poster maupun buku-buku ilmiah di seluruh dunia.

Faktanya jenis rafflesia tidak hanya terdiri dari satu jenis spesies saja. Diperkirakan di seluruh Asia Tenggara yang melingkupi Sumatera, semenanjung Malaya, Jawa, Borneo dan kepulauan Filipina terdapat sekitar 27 spesies rafflesia. Adapun 17 spesies diantaranya berada di Indonesia.

Jika bunga R. arnoldii dapat berkembang hingga diameter lebih dari 1 meter dan berat hingga 10 kg, jenis bunga rafflesia terkecil adalah R. manillana yang ada di kepulauan Filipina dengan diameter hanya sekitar 20 cm.

5. Rafflesia tumbuh hanya di satu tipe hutan

Faktanya habitat hidup rafflesia pun berbeda-beda, dari yang dapat hidup di hutan pantai seperti R. patma di CA Leuweung Sancang di Jawa Barat, R. zollingeriana di hutan dataran rendah TN Meru Betiri Jawa Timur hingga R. rochusenii yang tumbuh di ketinggian 1.000-1.500 m dpl di lereng Gunung Salak dan Gunung Gede di Jawa Barat.

Selama pada habitat tersebut tumbuh inang rafflesia yaitu liana tetrastigma (famili Vitaceae) terdapat kemungkinan rafflesia dapat dijumpai di situ.

Selain keberadaan inang, faktor kecocokan klimat, seperti kelembaban merupakan faktor penting tumbuhnya rafflesia. Beberapa peneliti menduga musang dan beberapa serangga tertentu turut dalam menyebarluaskan biji parasit rafflesia.

6. Sir Stamford Raffles adalah Penemu Rafflesia

Meskipun secara ilmiah seluruh genus patma raksasa diberi nama rafflesia (terambil dari nama Raffles), faktanya Gubernur Jendral Sir Thomas Stamford Raffles bukanlah penemu rafflesia. Bunga rafflesia terbesar di dunia yaitu Rafflesia arnoldii ditemukan pada tahun 1818 oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold, seorang peneliti yang saat itu sedang melakukan penelitian di hutan Bengkulu.

Arnold yang bekerja untuk sebuah tim ekspedisi di bawah Raffles kemudian melaporkan temuan ini kepada atasannya. Nama ilmiah Rafflesia arnoldii merupakan gabungan dari nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Josep Arnold sebagai penemu bunga.

Sejak saat itu nama Raffles menjadi atribut lestari yang melekat sebagai nama genus ilmiah dari tumbuhan patma raksasa yang hanya dapat dijumpai di kawasan hutan-hutan di Asia Tenggara.

7.   Rafflesia sudah dapat dikembangbiakan di luar habitatnya

Hingga saat ini rafflesia belum dapat dibudidayakan dan dikembangkan di luar habitat alaminya.  Meski demikian penelitian yang dilakukan oleh Sofi Mursidawati dan timnya dari LIPI telah berhasil menumbuhkan bunga Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor.  Teknik ini dikenal dengan nama grafting atau penyambungan akar inang rafflesia yaitu tetrastigma.

Sebelumnya para peneliti telah memperkirakan akar tumbuhan tetrastigma yang memiliki probabilitas terinfeksi biji parasit rafflesia, kemudian memotongnya dan menyambungkannya dengan tetrastigma lain yang telah ada di Kebun Raya Bogor.  Dibutuhkan waktu hingga 6 tahun hingga R. patma tersebut berbunga pertama kalinya di Kebun Raya Bogor pada tahun 2010.  Keberhasilan ini merupakan yang pertama di dunia.

Meskipun telah berhasil dibungakan di luar habitat alaminya, para peneliti melihat hilangnya habitat alami rafflesia akan berakibat musnahnya tumbuhan unik ini.  Masih banyak misteri yang perlu dikaji tentang rafflesia.

Sumber berita selengkapnya : klik di sini

Share Button

Masyarakat menuntut Kemenhut membuka informasi berita acara tata batas

Lembaga dan elemen masyarakat itu antara lain, dari Epistema Institute, HuMa, Walhi, KPA, AMAN, Silvagama, ICEL, RMI, Kontras, SetaM, Agra dan Spuba. Lalu, JPIK, LBH Semarang, Geram dan Lidah Tani.

Lewat pernyataan bersama Minggu(18/5/14), mereka menuntut Kemenhut membuka informasi penetapan kawasan hutan 2014. Juga melibatkan partisipasi dan persetujuan masyarakat terdampak penetapan kawasan hutan.

Jika tuntutan mereka tak dipenuhi Kemenhut, masyarakat dan LSM pendukung akan bersama-sama mengajukan surat pengaduan ke Komisi Informasi Pusat (KIP). Tujuannya, untuk memaksa Kemenhut membuka Berita Acara dan Peta Kawasan Hutan.

Abetnego Tarigan, direktur eksekutif Walhi Nasional, mengatakan, upaya ini karena praktik tak transparan penetapan kawasan ini akan mengulang pengelolaan hutan Orde Baru. Hasilnya, konflik dan kekerasan di berbagai tempat. Transparansi, juga penting guna mengantisipasi kepentingan–kepentingan pelaku usaha besar yang mengabaikan masyarakat adat.

Senada diungkapkan Iwan Nurdin, sekretaris jendral Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Menurut dia, penetapan kawasan hutan bukanlah cara melegalkan kawasan hutan saja. Namun, harus membuka akses bagi penyelesaian konflik agraria di kawasan hutan, dan melegalkan kawasan-kawasan kelola rakyat.

Sumber berita selengkapnya : klik di sini

Share Button

MoU Menteri Kehutanan dengan GPTP

GPTP_foto_8_Pushumas Kemenhut, Jakarta : Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menandatangani MoU dengan Erna Witular Koordinator Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP) terkait Rehabilitasi Lahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Senin (12/5) di Ruang Rimbawan Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Jakarta. GPTP adalah gerakan perempuan yang diprakarasi Ibu Negara Hj. Any Bambang Yudhoyono yang dimulai sejak tahun 2007 beranggotakan 7 organisasi perempuan yaitu SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu), Kowani (Kongres Wanita Indonesia), Tim Penggerak PKK, Dharma Pertiwi, Bhayangkari, DWP (Dharma Wanita Persatuan), dan APPB (Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan). Kegiatannya meliputi pemberdayaan perempuan dalam mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah guna mencapai kemakmuran rakyat.

GPTP_foto_2_Tanggal 1 Desember dideklarasikan sebagai Hari GPTP dan diperingati setiap tahunnya dengan berbagai kegiatan salah satunya menanam pohon. Sejak tahun 2007 – saat ini GPTP telah berhasil menanam 395 juta pohon di seluruh Indonesia. Tema GPTP untuk tahun 2014 ini adalah “Optimalisasi Pemanfaatan Lahan, Mendukung Ketahanan Pangan dan Menjaga Sumberdaya Alam”.

Dalam sambutannya Ketua Panitia Acara GPTP Triwati Warsiono menyampaikan bahwa kedepan akan dibentuk kelembagaan GPTP tingkat nasional, provinsi dan daerah dengan kepanitian melibatkan istri pejabat dan tokoh masyarakat.

Menteri Kehutanan mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan-kegiatan GPTP terutama terutama yang terkait dengan kehutanan. Dalam kegiatan penanaman dan memenuhi kebutuhan bibit, Kementerian Kehutanan telah membangun Persemaian Permanen di tiap-tiap provinsi dengan produksi bibit mencapai 3 juta batang/tahun, bahkan di tiap desa diberi bantuan untuk membuat Kebun Bibit Rakyat.

sumber : klik di sini

Share Button