Mangrove Langka Ditemukan di Tanjung Batu, Berau
BALITEK KSDA (Samboja, 5 September 2012)_Dalam rangkaian survei untuk penelitian, peneliti Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) menemukan jenis mangrove yang sudah sangat langka, yakni Camptostemon philippinense (Vidal) Becc. Jenis ini tadinya diperkirakan sudah tidak ada di Indonesia dan sudah lama masuk dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional untuk spesies – spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah.
Camptostemon philippinense (Vidal) Becc. merupakan salah satu jenis mangrove dari suku Bombacaceae yang tidak terlalu dikenal. Sejak tahun 2004 IUCN (The International Union for Conservation of Nature and Resources) telah memasukkan jenis ini ke dalam red list (daftar merah) dengan kategori endangered (terancam punah) karena populasinya yang terus menurun. Diperkirakan populasi jenis ini di seluruh dunia hanya tinggal 2.500 pohon dewasa dengan kecenderungan terus menurun (IUCN, 2011).
Penemuan jenis sangat langka ini bermula dari kegiatan survei penelitian Kajian Potensi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Berau, Kalimantan Timur yang dilakukan peneliti Mukhlisi, SSi tahun 2011-2012. Data yang diambil diantaranya adalah kelimpahan flora dan faunanya. Ketika menelusuri transek di sepanjang hutan mangrove di Tanjung Batu, ditemukan jenis mangrove yang sedikit berbeda dengan jenis mangrove pada umumnya. Saat dilakukan analisis spesimen oleh Dr. Kade Sidiyasa dan tim di Herbarium Wanariset Balitek KSDA, dipastikan bahwa jenisnya adalah jenis Camptostemon philippinense (Vidal) Becc.
Jika dilihat sepintas, jenis ini memang agak mirip dengan Camptostemon schultzi , namun jika diamati akan terlihat cirinya yang khas. Camptostemon philippinense tumbuhan berkayu lunak, habitus berupa semak atau pohon yang selalu hijau, terkadang memiliki ketinggian hingga mencapai 30 m. Kulit kayu berwarna abu-abu dan memiliki celah atau retakan longitudinal serta pangkal batang yang bergalur. Akar tersebar di sepanjang permukaan tanah dan memiliki akar nafas yang menonjol.
Penemuan ini juga sudah diinformasikan kepada Dinas terkait pada acara Presentasi Laporan Hasil Penelitian dan Uji Perencanaan Balai pada Senin, 6 Agustus 2012 lalu di Ruang Pertemuan Dinas Kehutanan Kabupaten Berau. Pertemuan tersebut dihadiri pejabat struktural beserta jajarannya serta karyawan fungsional lainnya. Dalam kesempatan itu Balitek KSDA memberikan rekomendasi terkait hasil penelitiannya, yaitu: (1) Perlu segera disusun konsep dan bentuk pengelolaan ekowisata mangrove dengan melibatkan stakeholder terkait dan mempercepat progress pembangunan infrastruktur di daerah mangrove Berau; (2) Inventarisasi lebih lanjut potensi keragaman hayati yang dimiliki; (3) Perlu dilakukan upaya partisipatif masyarakat dalam hal pengelolaan ekosistem mangrove yang berbasis kepentingan konservasi dan ekonomi. (ns)